Menjadi guru adalah profesi yang mulia
dan menjadi cita-cita sejak bangku sekolah, karena dengan harapan bisa
memberikan kebermanfaatan bagi anak-anak yang mengenyam pendidikan agar mereka
bisa mendapatkan pendidikan sebaik-baiknya. Peran sebagai guru tidak hanya
mengajar tetapi juga mendidik, agar mereka mengikuti perkembangan zaman,
menuntun mereka dalam melaksanakan pembelajaran, menuntun mereka dalam mencapai
cita cita, menuntun mereka dalam mencapai kebahagiaan hidupnya, menuntun mereka
merdeka dalam belajarnya. Untuk dapat melakukan itu guru perlu memiliki
kompetensi mengajar yang baik. Dalam mengajar, guru harus mengikuti perkembangan
zaman tidak hanya mengajar dengan cara yang sama tetapi berusaha agar mengajar
dengan cara yang lebih kreatif agar murid tidak bosan mengikuti pembelajaran.
Menjadi seorang guru harus selalu ingin belajar bagaimana caranya menjadi guru yang professional dan memiliki keterampilan dalam mengajar agar guru tidak hanya memiliki satu cara mengajar kepada siswanya, artinya disini guru harus bisa kreatif dan memiliki banyak strategi dalam mengajar. Guru perlu membuat pembelajaran yang berpihak pada siswa artinya disini dalam pembelajaran yang menjadi aktif itu bukanlah guru lagi melainkan siswa, guru hanya sebagai fasilitator sebagai jembatan untuk menghantarkan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Hal yang dapat guru lakukan dengan mencoba mengenal lagi bagaimana karakter siswa sehingga guru dapat menyediakan lingkungan kelas yang inklusif dan nyaman untuk mereka. Hal ini tidak hanya membuat siswa terlibat dalam pembelajaran, tetapi juga akan memberikan ruang yang aman bagi mereka saat menghadapi masa-masa sulit yang akan mendorong mereka untuk terbuka dan mencari dukungan saat dibutuhkan. Selain mengenal siapa siswa kita, guru juga harus memberikan kesempatan untuk siswa mengemukakan pendapatnya sehingga pembelajaran dapat berpihak pada siswa.
Pendidikan yang bisa didapat saat ini tidak lepas dari perjuangan pahlawan pendidikan nasional yang telah memperjuangkan segalanya agar penduduk Indonesia bisa mengakses pendidikan secara merata. Salah satu pahlawan Nasional Pendidikan di Indonesia yang dikenal juga sebagai bapak pendidikan nasional adalah Ki Hajar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Bermaksud agar semua aspek-aspek dan unsur-unsur pradapan dan kebudayaan dapat tumbuh dengan menjadi semakin baik dari masa ke masa.
Pendidikan pada zaman kolonial Belanda pada saat itu dibatasi kekuasaan dan diskriminasi. Masyarakat Indonesia tidak semua bisa menempuk Pendidikan, hanya rakyat keturunan bangsawan yang bisa menempuh pendidikan. Tentu saja Pendidikan anak Indonesia tidak diabaikan begitu saja. Beberapa Bupati daerah mendirikan sekolah di Kabupaten dengan maksud melatih beberapa orang untuk perusahaan Belanda. Pada tahun yang sama lahirlah sekolah bumi putera pada saat itu hanya ada tiga kelas dan pembelajaran yang diterima oleh masyarakat hanya membaca, menulis serta berhitung. Namun pada dasarnya pendidikan zaman kolonial Belanda bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Belanda. Pemerintah Belanda mendidik calon pegawan dengan diberikan keterampilan yang cukup agar dapat bekerja tetapi dengan upah yang kecil. Pada kala itu masyarakat haya mementingkan yang penting bisa bekerja karena pada era itu perekonomian tidak stabil.
Kemudian lahirlah sekolah Taman Siswa yang didirikan olek Ki Hadjar Dewantara. Kemunculan Taman siswa merupakan sebuah gerbang kebebasan dan kebudayaan bangsa, karena setelah didirikan sekolah pada saat itu paradigma pendidikan mulai berkembang. Sehingga pada waktu itu semua rakyat pribumi bebas untuk bersekolah. Pendidikan Ki Hadjar Dewantara menciptakan 3 semboyan “ing ngarso sung tuladha”, “ing madya mangunkarso”, “tut wuri handayani” yang bermakna didepan memberi Teladan, di tengah membangun semangat (Ilham/Inspirasi) dan dibelakang memberi dorongan, sampai sekarang pedoman ki Hajar Dewantara tetap digunakan walau sistem pendidikan telah melalui banyak sekali perubahan.
Perjalanan pendidikan di Indonesia sangat panjang dari hanya sekedar menyebarkan agama, masuk pendidikan zaman VOC, zaman kolonial Belanda, zaman pendudukan Jepang, sampai pendidikan setelah kemerdekaan sehingga anak Indonesia dengan mudah mendapatkan pendidikan yang sebaik-baiknya.
Berikut penjelasan perjalanan pendidikan nasional yang disajikan dalam bentuk infografis.
Tujuan Pendidikan bagi bangsa adalah untuk kepentingan bangsa Indonesia sendiri, pendidikan saat ini fokus pada keterampilan kecerdasan dan dipersiapkan untuk tantangan di zaman ini. Pada zaman dahulu Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah memerdekakan manusia, selamat dan bahagia. pada zaman kini perekrutan guru diatur dan disesuaikan dengan kualifikasi kebutuhan lembaga tetapi pada zaman kolonial tenaga pendidik berangkat dari keinginan yang memunculkan hasrat dari diri mereka untuk untuk melayani.